Keunikan Zikir Ala Jemaah Khalwatyah Samman di Maros Sulsel
Maros –
Tarekat Khalwatyah Samman yang pusatnya berada di Maros, Sulawesi Selatan, memiliki metode berbeda dengan jemaah tarekat lain. Zikir mereka ini lebih dikenal dengan nama Ma'rate atau dalam bahasa Arab disebut ratib.
Zikir yang dilakukan oleh jemaah tarekat ini dilakukan rutin usai salat isya dan subuh. Jika saat bulan Ramadhan, zikir ini dilakukan setiap malam usai salat tarawih dan witir.
Bukan sekadar melafalkan tauhid ratusan kali. Zikir tarekat Khalwatyah Samman juga disertai dengan gerakan tubuh hingga tepukan tangan pada paha yang menjadikan zikir ini berirama.
Jemaah tarekat Khalwatyah Samman sedang berzikir. (Foto: Moehammad Bakrie/detikcom) |
"Zikir seperti ini kita laksanakan rutin di luar Ramadhan pada waktu subuh dan isya. Nah saat Ramadhan ini memang yang ikut ramai karena jemaahnya bertambah usai salat tarwih dan witir. Ada juga yang ikut dari daerah lain," kata pimpinan tarekat Khalwatyah Samman, Andi Hidayat Puang Rukka, saat ditemui detikcom beberapa waktu lalu.
Gerakan zikir ini mengibaratkan sebuah pohon yang diterpa angin kencang yang membuat daun-daunnya ikut terhempas ke tanah. Perumpamaan itulah yang menurut mereka sebagai upaya menggugurkan dosa dengan terus menyebut nama Allah. Selain itu, zikir ini juga sebagai bentuk penyatuan antara Tuhan dengan makhluk-Nya.
Bacaannya juga sederhana. Pertama, para jemaah melafalkan kalimat syahadat sebanyak 100 kali. Selanjutnya, jemaah hanya menyebut kata illa Allah sebanyak 100 kali.
Kemudian dilanjutkan dengan kata Allah, juga sebanyak 100 kali. Pada zikir terakhir, yang disebut zikir rahasia, jemaah cukup berseru kata 'ah' dengan bilangan tak terbatas, hingga imam berhenti.
"Jadi gerakannya ini maknanya sangat banyak. Salah satunya ini menggugurkan dosa seperti pohon yang diterpa angin dan daunnya berjatuhan. Sebenarnya, zikir ini kita anggap zikir biasa, karena masih ada satu lagi zikir dalam tarekat kami yang lebih besar. Tapi dilakukan di waktu tertentu saja, seperti kalau ada wabah atau kondisi negara sedang goncang," lanjutnya.
Dalam sejarahnya, tarekat Khalawatiyah Samman ini dicetuskan oleh seorang ulama besar di Madinah bernama Syekh Muhammad Ibdu Abdul Kari Assmman sekitar abad ke-18. Ajaran tarekat ini menyebar sampai ke Tanah Air dan mulai besar di Sulawesi Selatan pada masa kerajaan Turikale di Maros dengan rajanya yang keempat, Andi Sanrima Daeng Parukka.
Hingga kini, jemaah tarekat Khalwatyah Samman sudah mencapai puluhan ribu orang dari berbagai daerah di Tanah Air, bahkan di Malaysia dan Brunai. Setiap tahun, puluhan ribu jemaah ini berkumpul di Maros dalam peringatan Maulid sekaligus ziarah ke makam guru-guru mereka yang berada di tiga tempat berbeda.
"Jadi sejarahnya yang membuat tarekat ini besar yakni pada masa raja keempat kerajaan Turikale ini. Bersama dengan Syekh Abdul Razak, beliau membuat tarekat ini tidak lagi eksklusif bagi kalangan tertentu saja, tapi bebas bagi siapa saja. Makanya tidak heran kalau pengikutnya sangat banyak dan sampai ke luar negeri," sebutnya.
Masjid Urwatul Wutsqa. (Foto: Moehammad Bakrie/detikcom) |
Selain ajaran keagamaan, perkembangan tarekat ini di Maros, juga ditandai dengan bangunan monumental berupa masjid bernama Urwatul Wutsqa yang didirikan oleh raja ke empat Turikale, berjuluk Syekh Abdul Qadir Jaelani di tahun 1854. Masjid inilah yang menjadi tempat awal pengembangan tarekat Khalwatyah Samman, selain Leppakomae dan Pattene di Maros.
Salah satu masjid tertua di Maros ini, tidak hanya menyimpan sejarah pengembangan Islam, khususnya tarekat Khalwatyah, tapi juga sebagai tempat para tokoh menggagas pendirian kabupaten sekaligus pemberian nama Maros.
Meskipun telah beberapa kali dipugar, bangunan aslinya masih tetap terjaga. Selain itu, beduk dan mimbar yang hampir seumur dengan masjid itu juga masih terjaga.
(zak/zak)
Keunikan Zikir Ala Jemaah Khalwatyah Samman di Maros Sulsel.
Comments
Post a Comment